AYOBANDUNG.ID -- Di sebuah sudut Jalan Arcamanik, Kota Bandung, aroma hangat kelapa bakar menguar pelan seiring bara yang menyala.
Kedai sederhana bernama Kelapa Bakar Kunigor Group berdiri tanpa hiasan megah, namun membawa kisah cinta dan ketekunan pasangan Aad dan Yudi dalam mengangkat kuliner tradisional yang nyaris terlupakan.
Berawal dari rasa prihatin akan minimnya minuman sehat yang bisa dikonsumsi di musim dingin, Aad mencoba memadukan kehangatan rempah dengan kesegaran air kelapa muda.
“Kelapa itu tidak cuma untuk cuaca panas. Kalau dibakar dan dicampur jahe, madu, dan susu, rasanya bisa bikin tubuh hangat, nyaman banget,” ujarnya saat berbincang dengan Ayobandung.
Usaha mereka bermula dari sebuah gerobak kecil di Antapani pada tahun 2007. Kala itu, modal tak banyak, tapi semangat membara. Nama “Kunigor” pun lahir dari gabungan tempat kelahiran mereka masing-masing: Kuningan dan Bogor.
Lima tahun mereka bertahan di Antapani, lalu pindah ke Arcamanik setelah kontrak tempat habis. Pindah tempat tak memudarkan antusiasme mereka. Justru pelanggan baru mulai berdatangan, bahkan menyarankan Aad membuka cabang.
“Saya juga buka cabang di Cisaranten dan Cipadung. Katanya kalau ke Arcamanik kejauhan. Jadi kita coba permudah mereka,” ungkap Aad.
Hal yang membuat kelapa bakar mereka istimewa bukan hanya dari cara penyajian, tetapi juga dari bahan baku yang dipilih dengan cermat. Mereka pernah mencoba kelapa dari Tasik, namun kurang cocok.
“Batoknya keras, airnya nggak enak. Sekarang pakai kelapa Cianjur, lebih empuk dan rasanya pas," ungkap Aad.

Proses pembakaran kelapa memakan waktu dua hingga tiga jam. Batok yang awalnya keras menjadi lunak, menandakan kematangan sempurna.
Setelah sabutnya dikupas, air kelapa dicampur dengan jahe yang menghentak hangat, madu yang lembut, dan susu yang membuat teksturnya creamy.
“Kalau dicicip, rasanya mirip yoghurt hangat,” kata Aad.
Tak berhenti di minuman, daging kelapa bakar juga jadi favorit pelanggan. Teksturnya tetap lembut meski dibakar, dan rasanya menyerupai ubi ungu yang manis.
“Enak dimakan langsung, apalagi pas hujan-hujan, bikin rileks," lanjut Aad.
Menu yang tersedia pun beragam mulai dari kelapa bakar original, susu, madu rempah, hingga spesial pakai telur. Pelanggan bebas memilih, bahkan ada yang menikmatinya dengan es batu, menciptakan sensasi hangat-dingin yang unik.
Kelapa bakar ini digemari lintas usia. Aad menekankan bahwa khasiatnya bukan isapan jempol. Bahkan Aad juga membagikan asal muasal ide kelapa bakar.
“Kalau buat batu ginjal, minum tiga hari berturut-turut, insyaAllah sembuh. Saya baca, di Kalimantan Timur, Suku Dayak biasa pakai kelapa bakar untuk pengobatan. Itu yang bikin saya yakin coba,” ujarnya.
Kini, kelapa bakar Kunigor tak hanya menjual minuman. Namun juga menjual harapan akan warisan kuliner Indonesia yang tetap relevan dan berdaya saing di tengah maraknya minuman kekinian. Aad merasa bangga setiap kali pelanggan lama membandingkan rasa.
Buktinya setiap hari, dari pukul 09.00 sampai 23.00 WIB, bara api tak pernah padam di kedai kecil mereka. Di balik asap yang mengepul, Aad dan Yudi tak hanya meracik kelapa bakar, tapi juga meracik mimpi agar usaha sederhana ini bisa tetap membara seperti bara yang mereka jaga, hangat dan tak pernah padam.
“Mereka bilang, kalau nyoba di tempat lain, rasanya nggak bisa ngalahin yang di sini,” ujarnya.
Alternatif produk olahan kelapa: