AYOBANDUNG.ID -- Di tanah Kalimantan yang hijau dan misterius, bumi menyimpan kilau yang tak biasa. Bukan sekadar keindahan lanskap tropis, tapi kekayaan batu alam seperti safir, ruby, emerald, garnet, moonstone, kristal, hingga swarovski, yang menjadikan daratan Borneo sebagai surga tersembunyi bagi para pengrajin perhiasan.
Warisan alam ini tak hanya memikat mata, tetapi juga menghidupkan warisan budaya yang diwariskan lintas generasi. Perajin batu alam Kalimantan telah lama memproduksi aksesori dan perhiasan bercorak khas, menyulam kilau mineral bumi dengan keahlian tangan dan naluri artistik.
Salah satu sosok yang merawat warisan itu adalah Zetria, pengusaha aksesori batu alam Kalimantan yang telah menyelami dunia batu selama lebih dari dua dekade. Ia bukan hanya merintis, tetapi juga menghidupkan kembali usaha keluarga dengan semangat baru dan pandangan yang lebih inklusif.
"Usaha ini awalnya dirintis oleh keluarga suami, jadi usaha turun temurun gitu. Sebelumnya usaha ini lebih banyaknya menyediakan aksesoris untuk laki-laki. Tapi karena saya yang pegang dan lihat kecenderungan wanita senang berdandan jadi saya garap usaha ini untuk lebih bersegmentasi perempuan," ungkap perempuan yang akrab disapa Ria itu saat berbincang dengan Ayobandung.
Langkah Ria bukan sekadar strategi bisnis. Ia membaca gelombang perubahan gaya hidup dan keinginan perempuan untuk mengekspresikan diri lewat aksesori. Maka ia memutuskan untuk memperluas ranah usaha ke segmentasi perempuan dengan cita rasa estetika yang lebih personal.
"Wanita sekarang kan kebutuhan aksesori buat mempercantik penampilan jadi hal yang penting juga selain busananya sendiri, konsep itu yang akhirnya saya ambil," ujar Ria.
Perkataannya mengandung intuisi pasar yang tajam sekaligus refleksi gaya hidup modern. Batu yang digunakan oleh Ria bukan hasil dari kilang industri, melainkan hasil bumi Kalimantan yang murni dan eksotis.
āBatu yang biasa dipakai kayak batu akik, batu fosil, kecubung, pirus, berlian, batu kristal, batu lumut, dan beberapa jenis lainnya,ā papar Ria.

Setiap aksesori yang ia hasilkan bukan produk massal, tapi buah dari desain personal. āUntuk model aksesorinya saya desain sendiri. Tapi untuk cutting tergantung ukuran atau bentuk awalnya, ada yang bulat, panjang, atau gimananya nanti disesuaikan," katanya.
Untuk mengenalkan karyanya ke publik yang lebih luas, Ria tak segan mendatangi berbagai pameran dari Surabaya hingga Makassar, dari Bandung hingga Palembang.
Ia membawa cerita dan produk ke hadapan para penikmat keindahan batu, membawa Borneo ke ruang-ruang pamer urban. Salah satu yang paling digandrungi adalah kalung.
āCustomer biasanya lebih mencari jenis aksesoris batu alam dalam model perhiasan seperti kalung karena biasanya jenis warna yang digunakan bervariasi, mungkin itu yang jadi daya tariknya,ā tambah Ria.
Dalam pemilihan warna, Ria juga tidak sembarangan. Warna-warna cerah seperti merah, putih, kuning, dan hijau menjadi pilihan utama, dipadukan dengan mutiara dari Lombok yang memberi kesan elegan sekaligus lokal.
āKita juga untuk nambah variasi sering gunain mutiara dari Lombok karena kan sekarang juga banyak peminat mutiara,ā ucapnya.
Tak hanya menjual produk, Ria menjual cerita. Setiap butiran batu bukan sekadar benda, melainkan narasi tentang tanah, budaya, dan tangan perempuan yang membentuknya. Ia menjadikan aksesori sebagai medium untuk mengenalkan Kalimantan dari sisi yang lain yakni lembut, bercahaya, dan penuh makna.
Usahanya bukan sekadar bertahan, tetapi tumbuh dengan visi yang membumikan estetika lokal. Di tangan Ria, batu Borneo tak hanya menjadi perhiasan, tetapi juga lambang perjuangan perempuan dalam merawat tradisi dan merancang masa depan.
Alternatif pembelian aksesoris batu alam: