Dari Limbah Batu, Gamelan Sorawatu Membawa Harapan Baru

Muhammad Assegaf
Ditulis oleh Muhammad Assegaf diterbitkan Rabu 03 Sep 2025, 15:21 WIB
Nayaga Sorawatu (Foto: Disya Dwi Nurhidayah)

Nayaga Sorawatu (Foto: Disya Dwi Nurhidayah)

Gamelan sorawatu yang berada di Padepokan Kirik Nguyuh Majalengka memberikan sebuah nyawa tersendiri dalam menjaga sebuah fondasi pendidikan Indonesia yang bertempat di Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel.

Fondasi itu di rancang untuk meningkatkan sebuah “kemandirian, gotong royong, kreativitas, dan bertanggungjawab” gamelan sorawatu itu terbagi menjadi dua kata “sora itu suara dan watu itu batu.”

Gamelan sorawatu tercipta dari potongan limbah yang ada di pabrik tepatnya di Desa Salagedang, Kecamatan Sukahaji.

Baron Famousa sebagai pencipta gamelan sorawatu memiliki sebuah imajinatif yang tinggi di dalam dirinya, yang ia sadari bahwa ilham itu datang dari Tuhan dan memberikannya sebuah niscaya yang amatlah gemilang atau bisa di analogikan dari pepatah Ki Hadjar Dewantara (KHD) bahwa setiap manusia memiliki kodratnya yang unik.

Baron kemudian memilah dan memilih batu-batu itu dalam nada, tanpa adanya pentatonik ataupun diatonik.

Ia berpikir bahwa batu itu memiliki sebuah nada yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan cuaca karena batu tersendiri adalah makhluk juga yang hidup di alam bebas, dan gamelan sorawatu “bermain pakai perasaan dan hati,” keselarasan antar nayaga itulah yang melahirkan sebuah nilai-nilai pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia.

Di Kirik Nguyuh sendiri konsepsi pembelajarannya memakai sebuah konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara sebagai Identitas Manusia Indonesia. Bermain gamelan sorawatu tersendiri memiliki semboyan yang sama dengan KHD mengenai “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.

Dari ketiga semboyan itu gamelan sorawatu memberikan sebuah makna dalam ke lima sila pancasila “Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan keadilan” itu adalah fondasi dari sebuah permainan musik gamelan sorawatu dalam menciptakan sebuah harmonisasi indah di atas ancak yang berongga.

Bisa Menjadi Fondasi Pendidikan Indonesia?

Gamelan Sorawatu adalah seni terapan baru yang ada di Majalengka dan merupakan inovasi jenius. Baron ingin gamelan ini diajarkan di sekolah-sekolah di Majalengka.

Masyarakat pada umumnya juga bisa memainkannya, kebudayaan memang harus terus menerus menjalar seperti akar rumput liar, karena karya itu memang memiliki kaki yang terus berjalan. Setiap orang pada umumnya memang memiliki karakter, sifat yang berbeda, begitu pun dengan suara gamelan sorawatu, ia bisa merasakan soal perasaan nayaga yang dapat menarik untuk bersatu.

Pendidikan itu sebenarnya tidaklah mahal, “Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru” menurut Ki Hadjar Dewantara. Pesan ini mengandung makna bahwa pendidikan dapat dilakukan di mana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun. 

Prinsip ini membuka pintu untuk pembelajaran sepanjang hayat. Di Kirik Nguyuh siapa pun boleh ikut bermain musik gamelan sorawatu, gratis tidak di pungut biaya, dengan sebuah rasa cinta dan kasih sayang “hubungan manusia dengan sesama”.

Sebuah pendidikan yang berbasis kekeluargaan, akan menjadi fondasi yang kuat dalam merawat sebuah kultur dalam pembelajaran  yang sesuai dengan pancasila dan pembelajaran sosial emosional.

Gamelan sorawatu sebagai Ikonik

Gamelan sorawatu kini sudah menjadi ikonik di Majalegka. Batu pada umumnya memang digunakan untuk konstruktur bangunan (apapun itu jenis bangunannya), Hal baru memang sebuah ciptaan atau penemuan yang harus di pertanggungjawabkan.

Jenis seni terapan ini sudah di HKI (Hak Kekayaan Intelektual) sebagai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan perundang-undangan bidang HKI menjadi satunya-satunya alat musik yang ada di Indonesia bahkan Dunia.

Batu yang tersusun di atas ancak itu menjadi hak paten gamelan sorawatu, yang dimainkannya melalui perasaan, hati, dan ke-ikhlasan.

Sorawatu merupakan gamelan yang sangatlah unik, dan ini adalah kesenian yang harus terus-menerus dilestarikan mengangkat nilai-nilai dalam keberagaman sesuai dengan profil pelajar pancasila sebagai falsafah negara Indonesia yang menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.  

Hingga saat ini gamelan sorawatu terus dimainkan oleh nayaga yang senantiasa datang, mereka tidak direkrut satu per-satu lebih tepatnya karena penasaran.

Kekayaan intelektual sekaligus ikonik Kirik Nguyuh, Baron Famousa memberikan sebuah khazanah musik yang  penuh harmonisasi dapat dimainkan sesuka hati penuh energi dalam entitas yang tinggi dan hakiki.

Keterampilan Sosial Emosional

Setiap nayaga hendak memiliki keterampilan unik dalam memahami, dan mengelola emosi mereka sendiri, termasuk memahami emosi antar nayaga, membangun hubungan positif, serta membuat keputusan untuk disepakati “biasanya dalam membuat sebuah komposisi”.

Keterampilan sosial emosional mencakup berbagai aspek termasuk kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, manajemen sosial, dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

Kesadaran diri harus ada dalam setiap diri seorang nayaga bukan hanya soal menjaga sorawatu agar tetap utuh, akan tetapi lebih kepada mengatur soal kesadaran itu dalam memahami semesta apa adanya.

Semesta akan merestui rasa kesadaran seorang nayaga, dengan suara-suara lirih untuk dapat disalurkan memelalui visualisasi konteks, hal realis menjadi suatu bahan untuk terus bermusyawarah antar nayaga sebagai bentuk kesadaran sosial dalam manajemen diri.

Manajemen sosial dalam berelasi dapat menumbuhkan rasa cinta pada kehidupan dalam memikirkan sorawatu agar terus eksis hingga lestari, sehingga bisa dinikmati diberbagai sektor, dan ini menjadi tanggungjawab bersama dalam menjaga sebuah marwah yang utuh dan murni.

Gamelan Sorawatu dalam Matematika

Dalam bermaian gamelan sorawatu, konteks matematika sebagai konsep “ketukan” atau “tempo” yang mengacu pada irama sebuah instrumen.

Tempo juga  di ukur dalam ketukan per-menit, kita bisa membayangkan ini sebagai kecepatan suatu proses atau operasi. Pola irama dalam gamelan sorawatu sering berhadapan dengan pengulangan bunyi misalnya dalam tangga suara, kecepatan pengulangan bunyi dianggap sebagai tempo dalam konteks matematika.

Kecepatan perubahan dalam setiap komposisi instrumen menentukan seberapa cepat sebuah alunan itu dimainkan. Sebuah alunan dengan tempo cepat akan  terasa lebih dinamis dan penuh emosi, sementara alunan dengan tempo lambat akan terasa lebih menenangkan.

Setiap komposisi yang tercipta memiliki alat ukur, alat ukur ini digunakan untuk menjaga tempo dalam bermain dengan beberapa hitungan ½ , ¼ , dan masih banyak notasi lainnya yang menentukan sebuah ketukan, menggabungkan antara otak kiri dan otak kanan.

di gamelan sorawatu tak ada pentatonik dan diatonik atau biasa disebut pakem dalam bermain musik, akan tetapi ketukan dalam sebuah permainan sangat diutamakan. Bagaimana sorawatu bisa dimainkan dengan penuh harmoni, semuanya tercipta melalui musyawarah mufakat antar nayaga dengan penuh sadar diri, dan sadar lingkungan.

Transdisipliner

Transdisipliner ini merupakan sebuah pendekatan yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan, atau bisa juga termasuk pengetahuan masyarakat (non-akademis) untuk dapat memahami dan memecahkan masalah kompleks secara holistik dan inovatif.

Baron Famousa adalah seorang yang tak memiliki disiplin ilmu secara akedemis di bidang seni terapan, namun ia mampu memahami sektor lingkungan dengan mengaikatnya dengan berbagai disiplin ilmu yang melampaui batas-batas hingga bisa memberikan dampak positif pada masyarakat yang sangatlah kompleks dan beragam.

Baca Juga: Musisi Flamboyan yang Peduli Budaya Sunda Itu Telah Pergi

Pengintegrasian sorawatu itu sangatlah kompleks, bisa menjadi disiplin ilmu secara ekologi, bahasa, sastra, pendidikan karakter, pendidikan kewarganegaraan, dan masih banyak berbagai disiplin ilmu lainnya.

Sorawatu itu multitafsir, tergantung perspektif dan itu menjadi sesuatu hal yang wajar. Perspektif seseorang dapat dicerna untuk dintegrasikan dengan berbagai disiplin ilmu sebagai multidisiplin (melibatkan berbagai disiplin ilmu), interdisiplin (menggabungkan disiplin ilmu yang berbeda), dan transdisiplin (lebih dari sekadar menggabungkan ilmu). (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Assegaf
Pegiat Literasi
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 13 Des 2025, 20:36 WIB

Arif Budianto dari Ayobandung.id Raih Juara 1 Nasional AJP 2025, Bukti Kualitas Jurnalisme Lokal

Arif Budianto, jurnalis dari Ayobandung.id, tampil gemilang dengan meraih Juara 1 Nasional Kategori Tulis Bisnis sekaligus Juara 1 Regional Jawa Bagian Barat dalam AJP 2025.
Arif Budianto, jurnalis dari Ayobandung.id, tampil gemilang dengan meraih Juara 1 Nasional Kategori Tulis Bisnis sekaligus Juara 1 Regional Jawa Bagian Barat dalam AJP 2025. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 13 Des 2025, 17:34 WIB

Jawa Barat Siapkan Distribusi BBM dan LPG Hadapi Lonjakan Libur Nataru

Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Ilustrasi. Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)