Monju, Nafas Perjuangan yang Menanti Kehidupan Baru

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Senin 17 Nov 2025, 16:21 WIB
Monju menjulang dengan gagah, seolah menantang waktu, mengingatkan setiap mata yang memandang bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari darah dan air mata rakyat Jawa Barat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Monju menjulang dengan gagah, seolah menantang waktu, mengingatkan setiap mata yang memandang bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari darah dan air mata rakyat Jawa Barat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

AYOBANDUNG.ID -- Di tengah hiruk-pikuk modernitas Bandung, berdiri sebuah monumen yang seakan berbisik tentang masa lalu. Ialah Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, atau yang lebih akrab disebut Monju.

Bangunan ini menjulang dengan gagah, seolah menantang waktu, mengingatkan setiap mata yang memandang bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari darah dan air mata rakyat Jawa Barat.

Monju diresmikan pada 23 Agustus 1995 oleh Gubernur Jawa Barat saat itu, Raden Nana Nuriana. Sejak hari itu, monumen ini menjadi ikon penting kota Bandung, sebuah penanda yang tak hanya menyimpan sejarah, tetapi juga menghadirkan ruang refleksi bagi generasi yang lahir jauh setelah pekik merdeka dikumandangkan.

Ketua Historia van Bandung, E. Ganda Permana, menegaskan makna filosofis Monju. Salah satunya bentuk Monju yang menyerupai bambu runcing memang bukan kebetulan, melainkan simbol keberanian rakyat yang dengan senjata sederhana mampu melawan kolonialisme.

“Monumen perjuangan Jabar mengisahkan tentang merebut, mempertahankan, dan melanjutkan kemerdekaan Indonesia di provinsi Jabar. Filosofinya dengan bambu runcing rakyat bahkan bisa merebut, mempertahankan, dan melanjutkan perjuangan,” ujarnya kepada Ayobandung.

Di bawah monumen, pengunjung akan menemukan museum yang menyimpan tujuh diorama sejarah. Diorama ini bukan sekadar pajangan, melainkan jendela yang membuka kembali babak-babak penting perjalanan bangsa.

Ada Diorama Perjuangan Sultan Agung Tirtayasa tahun 1658, Perundingan Linggarjati 1946, Bandung Lautan Api 1946, hingga Konferensi Asia Afrika 1955. Setiap diorama adalah potret perjuangan yang mendayu, mengajak pengunjung merasakan denyut sejarah.

Namun, Ganda mengakui bahwa koleksi Monju masih terbatas. Keterbatasan ini membuat Monju belum sepenuhnya optimal sebagai pusat edukasi sejarah, meski ruang yang tersedia begitu luas.

Monju menjulang dengan gagah, seolah menantang waktu, mengingatkan setiap mata yang memandang bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari darah dan air mata rakyat Jawa Barat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Monju menjulang dengan gagah, seolah menantang waktu, mengingatkan setiap mata yang memandang bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari darah dan air mata rakyat Jawa Barat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

“Di bawah monumen perjuangan ada museum, di sana ada tujuh diorama. Dan untuk koleksi lainnya sedang menginventarisir karena ada yang rusak dan sebagainya,” tuturnya.

Meski demikian, Monju tetap menjadi magnet. Data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di Kota Bandung pada tahun 2023 mencapai lebih dari satu juta orang, dengan 15.833 di antaranya wisatawan mancanegara. Angka ini menunjukkan bahwa Bandung masih menjadi destinasi unggulan, dan Monju memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu pusat kunjungan yang berkelanjutan.

Potensi bisnis Monju sesungguhnya terletak pada kemampuannya berintegrasi dengan ekosistem kreatif Bandung. Kota ini dikenal sebagai pusat seni, budaya, dan inovasi.

Jika Monju dikemas sebagai ruang kolaborasi, ia bisa menjadi tuan rumah festival musik bertema perjuangan, pameran seni kontemporer, hingga bazar UMKM lokal yang mengangkat identitas sejarah. Dengan demikian, Monju tidak hanya menjadi monumen, tetapi juga ruang hidup yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Pemerintah Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menegaskan bahwa Monju adalah museum khusus yang dikelola langsung oleh UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah.

Status ini memberi peluang besar untuk pengembangan program resmi yang berkelanjutan, mulai dari revitalisasi koleksi hingga digitalisasi konten sejarah. Dengan dukungan kebijakan, Monju dapat menjadi destinasi yang tidak hanya menyentuh sisi emosional, tetapi juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Namun, relevansi Monju di mata generasi muda tetap menjadi tantangan utama. Anak-anak muda kini cenderung mencari pengalaman wisata yang interaktif. Diorama statis perlu diperkaya dengan teknologi digital seperti augmented reality atau tur virtual, agar pengunjung dapat merasakan seolah-olah berada di tengah peristiwa sejarah. Inovasi ini akan menjadikan Monju lebih hidup dan relevan di era digital.

Selain itu, keterbatasan koleksi harus segera diatasi. Inventarisasi artefak yang rusak atau belum siap dipamerkan perlu dipercepat agar museum memiliki daya tarik yang lebih kuat.

Tanpa langkah ini, Monju berisiko dianggap sekadar monumen fisik, bukan pusat pengetahuan sejarah yang dinamis. Revitalisasi koleksi akan memperkuat posisi Monju sebagai destinasi wisata edukatif yang berkelas.

Monju menjulang dengan gagah, seolah menantang waktu, mengingatkan setiap mata yang memandang bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari darah dan air mata rakyat Jawa Barat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Monju menjulang dengan gagah, seolah menantang waktu, mengingatkan setiap mata yang memandang bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari darah dan air mata rakyat Jawa Barat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Dari sisi bisnis, Monju bisa dikembangkan sebagai ruang kolaborasi kreatif yang menyatukan sejarah dengan ekonomi lokal. Festival budaya, pameran seni, hingga kegiatan komunitas bisa digelar di kawasan Monju, membuka peluang ekonomi bagi pelaku UMKM sekaligus memperkuat identitas Bandung sebagai kota perjuangan.

Dengan strategi ini, Monju tidak hanya menjadi tempat mengenang masa lalu, tetapi juga motor penggerak ekonomi kreatif. Data BPS menunjukkan bahwa wisatawan domestik tetap menjadi tulang punggung pariwisata Jawa Barat, dengan lebih dari 59 juta kunjungan pada 2023.

Monju dapat memanfaatkan pasar ini dengan menawarkan paket wisata edukasi keluarga dan sekolah. Program edukasi yang terstruktur akan menjadikan Monju sebagai destinasi wajib bagi generasi muda yang ingin memahami sejarah bangsanya.

Komunitas seperti Historia van Bandung (HvB) telah membuktikan bahwa pendekatan kreatif mampu menghidupkan sejarah. Program mereka yang unik dan menarik bisa menjadi model bagi pengelola Monju untuk mengemas ulang narasi perjuangan. Dengan kolaborasi komunitas, Monju dapat menjadi ruang yang lebih inklusif dan interaktif.

Jika dikelola dengan visi berkelanjutan, Monju bukan hanya monumen, melainkan pusat regenerasi identitas Bandung. Destinasi ini bisa menjadi ruang di mana sejarah, bisnis, dan kreativitas berpadu, menjadikan perjuangan masa lalu relevan bagi masa depan.

Monju dapat berdiri sebagai simbol bahwa perjuangan tidak pernah selesai, melainkan terus berlanjut dalam bentuk komitmen terhadap pembangunan dan keberlanjutan.

Pada akhirnya, Monju adalah cermin perjuangan sekaligus peluang ekonomi. Dengan dukungan pemerintah, komunitas, dan masyarakat, Monju dapat terus berdiri bukan hanya sebagai saksi sejarah, tetapi juga sebagai destinasi yang mendayu, menghidupkan semangat perjuangan di tengah denyut modernitas Bandung. Monju menanti napas baru, agar tetap menjadi ikon yang menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Alternatif baju karnaval sejarah atau kebutuhan produk serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/1gAZoAl8ws
  2. https://s.shopee.co.id/8zxAXi8k3r
  3. https://s.shopee.co.id/4ArumuY7zl
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:10 WIB

Kenaikan Gaji ASN, antara Harapan Dompet dan Reformasi Birokrasi

Kenaikan gaji ASN bukan sekadar soal dompet, tapi ujian sejauh mana birokrasi mampu menukar kesejahteraan menjadi kinerja.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)