Eksistensi HvB di Bandung, Komunitas yang Menghidupkan Sejarah Lewat Tubuh dan Teater

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Kamis 06 Nov 2025, 17:41 WIB
Historia van Bandung (HvB), komunitas ini menjadikan tubuh, kostum, dan aksi teatrikal sebagai medium untuk menghidupkan kembali masa perjuangan Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Historia van Bandung (HvB), komunitas ini menjadikan tubuh, kostum, dan aksi teatrikal sebagai medium untuk menghidupkan kembali masa perjuangan Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

AYOBANDUNG.ID -- Mempelajari sejarah tak harus terpaku pada buku, arsip, atau jurnal akademik. Di Bandung, ada cara lain yang lebih hidup dan menggugah salah satunya melalui reka ulang peristiwa sejarah yang dilakukan oleh Komunitas Historia van Bandung (HvB). Komunitas ini menjadikan tubuh, kostum, dan aksi teatrikal sebagai medium untuk menghidupkan kembali masa perjuangan Indonesia.

Komunitas HvB berdiri pada akhir 2012, digagas oleh sekelompok orang yang memiliki kecintaan mendalam terhadap sejarah perjuangan. Mereka bukan sekadar pembaca sejarah, tetapi pelaku yang rela menyusuri jejak masa lalu dengan semangat yang tak biasa.

“HvB itu komunitas pereka ulang sejarah. Mereka melakukan reka ulang dalam kegiatan sebuah momen bersejarah, dilengkapi dengan menggunakan pakaian ataupun perlengkapan yang dahulu dipakai dalam masa perjuangan kemerdekaan,” ujar Ganda Permana Kusuma, Ketua Komunitas Historia van Bandung saat ditemui Ayobandung.

Ganda menyebut HvB sebagai tempat berkumpulnya para pecinta sejarah perjuangan di Bandung Raya. Mereka menyebut diri sebagai ‘orang-orang gila sejarah’ yang tak malu mengenakan seragam zaman kolonial di ruang publik.

“Kebetulan kami-kami ini, mohon maaf, ‘gila’ terhadap sejarah sehingga mun ceuk orang Sunda mah sampai ‘pegat urat ka era’,” katanya.

Reka ulang yang dilakukan HvB bukan sekadar pertunjukan. Mereka melakukan riset mendalam tentang pakaian, senjata, dan atribut yang digunakan pada masa perjuangan. Ganda sendiri mengenakan seragam KNIL dari Batalyon Andjing NICA, kesatuan militer Hindia Belanda yang dikenal brutal pada masa revolusi 1945–1950.

“Kita juga mencari informasi bagaimana sih baju-baju pada zaman saat itu,” jelasnya.

Anggota HvB berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari karyawan swasta, ibu rumah tangga, mahasiswa, hingga pelajar. Setiap akhir pekan, mereka berkumpul untuk berdiskusi, menjelajah situs sejarah, atau mendatangi saksi hidup perjuangan. Salah satunya, kegiatan seperti kunjungan ke Museum Mandala Wangsit Siliwangi menjadi rutinitas yang memperkuat ikatan komunitas sekaligus memperkaya pengetahuan sejarah.

Dalam momen-momen penting, HvB melakukan reka ulang di lokasi asli peristiwa sejarah. Mereka menciptakan suasana perjuangan melalui aksi teatrikal yang menggugah emosi penonton.

“Reka ulang ini untuk lebih memperkenalkan kepada publik Kota Bandung, maupun publik kota-kota lainnya bagaimana suasana atau atmosfer perjuangan kemerdekaan pada saat itu,” kata Ganda.

Namun, di balik semangat pelestarian sejarah, HvB juga menghadapi tantangan eksistensial. Salah satunya adalah pendanaan dan keberlanjutan kegiatan. Properti yang mereka gunakan tidak murah, dan belum semua pihak memahami nilai edukatif dari kegiatan ini. Di sinilah potensi ekonomi kreatif bisa menjadi solusi.

Menurut data resmi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), subsektor seni pertunjukan dan sejarah menyumbang Rp25,3 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2024. Sektor ini juga menyerap lebih dari 1,2 juta tenaga kerja, menunjukkan bahwa kegiatan seperti yang dilakukan HvB memiliki potensi ekonomi yang signifikan.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa wisata berbasis sejarah dan budaya mengalami peningkatan kunjungan sebesar 18,7% pada tahun 2024 dibanding tahun sebelumnya. Ini membuka peluang bagi HvB untuk mengemas kegiatan mereka sebagai produk wisata edukatif, pertunjukan tematik, atau konten digital yang menarik.

Kolaborasi dengan pemerintah daerah, museum, dan pelaku industri kreatif dapat memperluas jangkauan HvB. Tantangannya adalah menjaga otentisitas tanpa terjebak komersialisasi yang merusak nilai sejarah. Di mata masyarakat, HvB pun mendapat tempat sebagai komunitas edukatif yang menyenangkan. Anak-anak sekolah, mahasiswa, bahkan wisatawan mulai tertarik mengikuti kegiatan mereka.

Ganda menegaskan bahwa tujuan utama HvB bukan bisnis, melainkan edukasi dan pelestarian. “Dari kegilaan ini juga muncul hobi-hobi kami yang seperti ini, berjelajah menyusuri bukti-bukti sejarah,” ujarnya.

Alternatif produk kebutuhan baju karnaval sejarah:

  1. https://s.shopee.co.id/1gAZoAl8ws
  2. https://s.shopee.co.id/8zxAXi8k3r
  3. https://s.shopee.co.id/4ArumuY7zl

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 06 Nov 2025, 19:24 WIB

Bopet Bagindo: Sarapan Khas Minang di Bandung dengan Cita Rasa Otentik

Bopet Bagindo dikenal sebagai tempat sarapan murah tapi tetap mengenyangkan.
 (Sumber: Akun Tiktok @lidyahw)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 18:50 WIB

Pengasuhan Anak di Era Digital

Menuntun generasi, bukan sekadar mengawasi.
Ilustrasi anak-anak Indonesia. (Sumber: Pexels/Teguh Dewanto)
Ayo Biz 06 Nov 2025, 18:41 WIB

Bandung dan Tumbler, Ketika Gaya Hidup Sehat Menjadi Identitas Sosial

Di taman kota, ruang kerja, hingga jalur lari pagi, tumbler bukan lagi sekadar wadah air minum, tapi jadi penanda gaya hidup yang aktif, sadar lingkungan, dan estetis.
Di taman kota, ruang kerja, hingga jalur lari pagi, tumbler bukan lagi sekadar wadah air minum, tapi jadi penanda gaya hidup yang aktif, sadar lingkungan, dan estetis. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 18:24 WIB

Gerakan Muhammadiyah dalam Menghadapi Krisis Iklim Global

Muhammadiyah telah merespons krisis iklim global dengan pendekatan yang sistematis, holistik, dan terinstitusionalisasi.
Krisis iklim global menerpa kampung/kota di Indonesia (Sumber: https://muhammadiyah.or.id/2023/08/atasi-krisis-iklim-muhammadiyah-digandeng-klhk-bangun-20-ribu-kampung-iklim-di-seluruh-indonesia/)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 18:12 WIB

Icip Bakso Solo Samrat yang Sedang Happening

Bakso Solo Samrat merupakan salah satu Bakso yang sedang happening di kalangan konten kreator atau masyarakat umum.
Bakso Keju Lumer dan Es Kacang Brenebon (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 06 Nov 2025, 17:41 WIB

Eksistensi HvB di Bandung, Komunitas yang Menghidupkan Sejarah Lewat Tubuh dan Teater

Historia van Bandung (HvB), komunitas ini menjadikan tubuh, kostum, dan aksi teatrikal sebagai medium untuk menghidupkan kembali masa perjuangan Indonesia.
Historia van Bandung (HvB), komunitas ini menjadikan tubuh, kostum, dan aksi teatrikal sebagai medium untuk menghidupkan kembali masa perjuangan Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 17:10 WIB

Warung Viral di Bandung yang Jadi Tempat Nongkrong Favorit Anak Muda

Meski awalnya dikenal karena popularitas film, warung Bi Eem kini telah melangkah lebih jauh.
Meski awalnya dikenal karena popularitas film, warung Bi Eem kini telah melangkah lebih jauh. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Jelajah 06 Nov 2025, 17:00 WIB

Hikayat Kiaracondong, Tujuan Urbanisasi Kaum Pekerja Zaman Baheula

Kisah Kiaracondong yang bermula dari sebatang pohon miring hingga jadi kawasan industri, stasiun besar, dan simpul macet abadi Bandung.
Para buruh pekerja Artillerie Constructie Winkel (ACW) di Kiaracondong yang merupakan cikal bakal PT Pindad. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 16:50 WIB

Literasi Digital Sejak Dini, Bekal Anak Masa Kini

Literasi digital sejak dini bukan untuk menjauhkan anak dari teknologi.
Ilustrasi teknologi digital di sekitar anak-anak saat ini. (Sumber: Pexels/Ron Lach)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 16:19 WIB

Tembok Demokrasi dalam Keadilan Buku-Buku Cetak

Kenapa buku dan suara rakyat harus dipenggal?
Ilustrasi buku cetak. (Sumber: Pexels/Element5 Digital)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 15:16 WIB

Persib: Kami di Asia, Kamu di Mana?

Persib Bandung, dijadwalkan bertanding melawan Selangor FC Malaysia di ajang AFC Champions League Two (ACL Two).
Persib Bandung saat berhasil menang 2-0 atas Selangor FC. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 13:54 WIB

Opini dan Fakta dari Perspektif Jurnalistik

Tsunami fakta, kebanjiran fakta, hujan fakta. Mungkin kita pernah melihat dan membaca komentar seperti itu ketika menjelajahi media sosial.
Pengetahuan tentang opini dan fakta penting untuk semua orang. (Sumber: PEXELS | Foto: Judit Peter)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 12:09 WIB

Perjuangan Seorang Santri Menebarkan Ilmu Melalui Kitab Kuning

Di balik kesederhanaan seorang santri di Madrasah Aliyah Sukamiskin, tersimpan kisah yang begitu hangat dan menginspirasi.
Defan, seorang pemuda asal Bandung yang menjadikan kitab kuning bukan sekadar bacaan, tetapi jalan untuk menempa karakter dan memperkuat keyakinan hidupnya. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 09:12 WIB

Mimpi UMKM Lokal di Panggung Livin’ Fest 2025

Livin’ Fest 2025 jadi panggung bagi UMKM muda menunjukkan karya dan cerita mereka.
Antusias Pengunjung Livin' Market 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis| Foto: Firqotu Naajiyah)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 07:42 WIB

Perspektif Lain Sejarah Indonesia lewat Buku Dalih Pembunuhan Massal Karya Jhon Roosa

Buku Pembunuhan Massal Karya Jhon Roosa merupakan buku yang menyajikan perspektif lain dari sejarah yang selama ini kita yakini.
Buku Dalih Pembunuhan Massal Karya Jhon Roosa (Sumber: Instagram | Katalisbook)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 20:12 WIB

Keringat yang Bercerita, Potret Gaya Hidup Sehat di Perkotaan

Melalui feature ini pembaca diajak menyelami suasana pagi yang penuh semangat di tengah denyut kehidupan masyarakat perkotaan.
Ilustrasi olahraga lari. (Sumber: Pexels/Ketut Subiyanto)
Mayantara 05 Nov 2025, 19:29 WIB

Budaya Scrolling: Cermin dari Logika Zaman

Di banyak ruang sunyi hari ini, kita melihat pemandangan yang sama, seseorang menunduk menatap layar, menggulir tanpa henti.
Kita menyebutnya scrolling, para peneliti menyebutnya sebagai ritual baru zaman digital. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Biz 05 Nov 2025, 18:38 WIB

Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus, antara Keresahan Orang Tua dan Tantangan Penerimaan

Selain faktor akses, stigma sosial menjadi penghalang besar. Tidak sedikit orang tua yang enggan memeriksakan anak karena takut dicap atau dikucilkan.
Ilustrasi. Deteksi dini anak berkebutuhan khusus masih menjadi isu mendesak di Indonesia. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 17:21 WIB

10 Penulis Terpilih Oktober 2025: Kritik Tajam untuk Bandung yang 'Tidak Hijau'

Inilah 10 penulis terbaik yang berhasil menorehkan karya-karya berkualitas di kanal AYO NETIZEN sepanjang Oktober 2025.
Banjir di Kampung Bojong Asih, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, pada Minggu, 9 Maret 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 05 Nov 2025, 14:48 WIB

Cibunut Berwarna Ceminan Semangat Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda di Gang-gang Kota Bandung

Kampung Cibunut menjelma menjadi simbol pemberdayaan ekonomi wilayah dan pemuda melalui semangat ekonomi kreatif yang tumbuh dari akar komunitas.
Kampung Cibunut menjelma menjadi simbol pemberdayaan ekonomi wilayah dan pemuda melalui semangat ekonomi kreatif yang tumbuh dari akar komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)