Gol Rukma Bikin Stadion Ikada Pecah

Dimas Wahyu Indrajaya
Ditulis oleh Dimas Wahyu Indrajaya diterbitkan Rabu 11 Jun 2025, 07:54 WIB
Rukma Sudjana, pemain Persib Bandung dan Timnas Indonesia era 1950-an. (Foto: X/@RavandoLie)

Rukma Sudjana, pemain Persib Bandung dan Timnas Indonesia era 1950-an. (Foto: X/@RavandoLie)

Rukma Sudjana namanya. Pemain Persib Bandung itu menjadi langganan Timnas Indonesia pada 1950-an. Kala kesebelasan merah putih merasakan pengalaman berlaga di Olimpiade pada 1956, Rukma lah pemain yang turut ambil bagian bersama anak Bandung lainnya yakni Ade Dana dan Aang Witarsa.

Bakat Rukma sendiri sudah mendapat perhatian pelatih dan pemandu bakat PSSI sejak 1954. Buktinya ia masuk dalam skuad muda Timnas dan mendapat kesempatan untuk tampil saat melawan tim tamu dari Swedia, Kalmar FF pada tahun tersebut.

Sama seperti pemain muda pada umumnya, semakin diberi kesempatan, semakin pula ia matang permainannya. Dan Rukma memperlihatkan itu setahun kemudian. Stadion Ikada di Jakarta adalah panggungnya, dan Lokomotiv dari Uni Soviet (Rusia) menjadi korbannya. Sekalipun Timnas Indonesia kalah, nama Rukma dielu-elukan karena ialah satu-satunya pemain yang bisa membobol gawang tim perkasa itu.

Lokomotiv Tak Kenal Ampun

Rukma Sudjana, pemain Persib Bandung dan Timnas Indonesia era 1950-an. (Sumber: Foto: X/@RavandoLie)
Rukma Sudjana, pemain Persib Bandung dan Timnas Indonesia era 1950-an. (Sumber: Foto: X/@RavandoLie)

Lokomotiv sama sekali tidak kenal ampun saat melakoni tur di Indonesia. Kekuatan tim dari Kota Moskow layaknya lokomotif kereta berkecepatan tinggi, siap menerjang, menghantam keras, dan memberi daya rusak apa pun yang ada di hadapan mereka.

Pembuktian Lokomotiv tim kuat terlihat dari lawatan di lima kota yang mereka kunjungi, yaitu Medan, Padang, Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya pada pertengahan sampai akhir November 1955. Ada enam pertandingan yang dilakoni Lokomotiv yang mana semuanya berhasil mereka menangkan dengan skor besar. Persija Jakarta dikalahkan 0-5, PSP Padang 0-7, PSMS Medan 0-9, Timnas Indonesia B 0-9, dan Persebaya Surabaya 0-4.

Pencinta sepak bola tanah air tak ayal terkesima dengan permainan Lokomotiv yang tanpa pandang bulu memberi trauma bagi pemain-pemain tercinta. Kiper Vadim Kublitsky menjadi paling disorot karena jala gawangnya seakan sulit digetar tuan rumah.

Sampai akhirnya di Stadion Ikada, Jakarta, pada 25 November 1955. Satu pertandingan terakhir tersaji yang mempertemukan Timnas Indonesia skuad A melawan Lokomotiv. Kans untuk menang seperti nyaris tak ada, mengingat sang tamu sudah bertubi-tubi menggoreskan trauma. Misi paling nyata dalam laga itu pun cuma satu, paling tidak bisa membobol barang sebiji gol saja. Dan harapan itu berbuah kenyataan lewat gol Rukma Sudjana.

Baca Juga: 6 Tulisan Orisinal Terbaik Mei 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta untuk Netizen Aktif Berkontribusi

Rukma Pelipur Lara

Lapangan Stadion Ikada becek sejadi-jadinya karena hujan turun sejam sebelum pertandingan Timnas Indonesia A versus Lokomotiv dimulai. Di tengah situasi itu, penonton tetap antusias hadir memberi dukungan terutama dari kalangan pembesar negara salah satunya Presiden Sukarno yang ditemani kedua anaknya, Guntur dan Megawati.

Sekitar 40 ribu penonton hadir mengisi tribune Stadion Ikada. Ada perasaan harap-harap cemas di tiap-tiap mereka di mana pertanyaan yang sering menghantui ialah: “Akankah sebuah gol tercipta melawan Lokomotiv yang pemainnya bernapas kuda?”

Mungkin pemain Lokomotiv sudah kehabisan bensin, atau mungkin karena kondisi lapangan begitu memberatkan mereka. Karena sampai separuh jalannya pertandingan, kedua tim sama kuat 0-0. Akan tetapi, keadaan itu sementara saja karena petaka hadir setelahnya. Gawang Maulwi Saelan yang awalnya kelihatan aman-aman saja akhirnya dibobol Kololov dan Bubukin yang membuat Lokomotiv unggul 2-0 pada pertengahan babak kedua.

Lokomotiv setelah unggul 2-0 rupanya memiliki celah untuk Timnas mencetak gol. Bermula dari sepakan penjuru Witarsa, Rukma yang menempati posisi tengah kanan merangsek ke depan dan menembakkan bola ke kiri gawang Kublitsky. Bola lesatan dari jarak 30 meter itu tidak terlalu keras, tapi terarah, dan nyatanya masuk ke gawang yang membuat seisi Stadion Ikada pecah.

“Stadion Ikada yang luas itu seperti akan pecah oleh sorak penonton yang melambung-lambungkan jas hujan, payung, sapu tangan dll sambil menghentak-hentakkan kaki di kedua tribune, ketika pemain Rukma dari Bandung berhasil membobolkan jala Kublitsky,” lapor harian Merdeka dalam artikel “Djala Sakti Kublitsky jang Tak Pernah Bobol Achirnja Tembus oleh Peluru Rukma” terbitan 25 November 1955.

Penonton Stadion Ikada tumpah ruah merayakan gol Rukma ke gawang Lokomotiv. (Foto: Star Weekly) (Sumber: Star Weekly | Foto: Star Weekly)
Penonton Stadion Ikada tumpah ruah merayakan gol Rukma ke gawang Lokomotiv. (Foto: Star Weekly) (Sumber: Star Weekly | Foto: Star Weekly)

Penonton di Stadion Ikada seperti kerasukan melihat Rukma mencetak gol gawang Kublitsky. Ia diserbu penggemar sehingga polisi mesti turun tangan mengusir orang-orang yang masuk ke tengah lapangan.

Rukma memang menjadi pelipur lara, tapi sayangnya laga berakhir anti-klimaks bagi Timnas Indonesia. Kekalahan 1-3 diterima karena sebelum laga ditutup Bubukin membukukan gol keduanya.

Kalah bukan berarti tidak ada pelajaran yang didapat. Bagi para pemain termasuk Rukma, Lokomotiv mengajarkan apa itu permainan kombinasi cepat dengan dipadupadankan gaya bertahan yang keras lewat adu badan.

“Jika kita menjaga pemain yang satu, bola sudah berada di kaki pemain yang lain. Mereka banyak menggunakan badan untuk menghalangi lawan menguasai bola. Misalnya, jika seorang pemain kita dapat bola dan dapat melewati seorang pemain mereka, pemain Rusia itu memutar tubuh dan men-charge dengan sisi tubuhnya, sehingga pemain kita terpental,” ucap Rukma dikutip dari artikel Star Weekly berjudul “Pendapat Pemain Sepakbola Kita Tentang Lokomotiv” edisi 26 November 1955. (*)

 

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dimas Wahyu Indrajaya
Pengasuh Instagram @memoriolahraga.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Identitas Persib

Ayo Netizen 10 Mei 2025, 09:59 WIB
Identitas Persib

Brand Persib Bandung

Ayo Netizen 24 Mei 2025, 10:00 WIB
Brand Persib Bandung

News Update

Ayo Biz 02 Agu 2025, 19:02 WIB

Dari 1968 ke Hari Ini, Warisan Rasa di Sepiring Gado-gado Tengku Angkasa

Gado-gado Tengku Angkasa bertahan hingga kini, menyuguhkan sepiring kisah sejak 1968 yang tak pernah kehilangan makna.
Gado-gado Tengku Angkasa bertahan hingga kini, menyuguhkan sepiring kisah sejak 1968 yang tak pernah kehilangan makna.
Ayo Biz 02 Agu 2025, 17:09 WIB

Menenun Inspirasi dari Barang Bekas, Kisah Tuti Rachmah dan Roemah Tafira

Tuti Rachmah Yulianti, pendiri Roemah Tafira Handycraft, yang sejak 1997 telah menyulap barang bekas menjadi karya bernilai tinggi.
Tuti Rachmah Yulianti, pendiri Roemah Tafira Handycraft, yang sejak 1997 telah menyulap barang bekas menjadi karya bernilai tinggi. (Sumber: Roemah Tafira Handycraft)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 16:07 WIB

Antara Tren dan Nilai, Cara Anggia Handmade Merancang Busana yang Bermakna

Di tengah arus dinamis industri busana muslim, Anggiasari Mawardi hadir dengan pendekatan yang tak sekadar mengikuti tren.
Di tengah arus dinamis industri busana muslim, Anggiasari Mawardi hadir dengan pendekatan yang tak sekadar mengikuti tren. (Sumber: Anggia Handmade)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 08:18 WIB

Jaket Super Ekslusif dari Bandung Ini Tak Pernah Kehilangan Popularitas

Dari sebuah kamar kos berukuran dua kali dua meter di Bandung, lahir sebuah brand fashion yang kini dikenal luas oleh pecinta jaket eksklusif, Rawtype Riot. Bahkan jaket ini sempat menjadi buah bibir
Jaket Rawtype Riot (Foto: Dok. Rawtype Riot)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 07:26 WIB

Menikmati Sajian Kuliner Sunda dan Petualangan Seru di Selatan Bandung

Jika biasanya kuliner hadir sebagai pelengkap destinasi wisata, hal sebaliknya justru ditawarkan Bale Bambu. Berlokasi di jalur utama Soreang–Ciwidey, tempat makan ini menjadikan pengalaman wisata
Ilustrasi -- Nasi Liwet Sunda (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 01 Agu 2025, 21:29 WIB

Saat Uang Kotor Disulap Jadi Sah: Bisa Apa Hukum Indonesia?

Seperti kasus korupsi di Pemkab Bandung Barat, uang korupsi direkayasa jadi macam uang bersih melalui tindak pidana pencucian uang.
 (Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)
Ayo Netizen 01 Agu 2025, 20:26 WIB

Surga Kuliner Jajanan SD di Kawasan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Pemburu kuliner jajanan SD wajib datang ke Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Kawasan Jajanan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 18:51 WIB

49 Tahun Bersama Canting, Kisah Hidup dalam Lembar Batik

Di tangan Sipon, malam panas yang menari di atas kain bukan sekadar teknik, melainkan warisan yang menyatu dengan detak hidupnya.
Di tangan Sipon, malam panas yang menari di atas kain bukan sekadar teknik, melainkan warisan yang menyatu dengan detak hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Agu 2025, 16:08 WIB

Gempa Bumi yang Memicu Letusan Gunung Api di Lembah Suoh 

Air Panas alami keluar di lembah Suoh, di antara dua patahan yang sejajar, dengan gerakan di garis patahan yang saling berlawanan.
Kawah Keramikan, dasarnya yang rata, seperti lantai yang dialasi keramik. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 14:22 WIB

Rupa-rupa Hijab Lokal dari Bandung, Nyaman dan Enak Dipandang

Hijab atau jilbab sudah menjadi fashion item yang melekat dalam kehidupan sehari-hari para Muslimah. Selain untuk menutup aurat, keberadaannya juga bisa mempercantik tampilan wajah.
Ilustrasi Hijab (Foto: Freepik)
Ayo Jelajah 01 Agu 2025, 14:19 WIB

Sejarah Lyceum Kristen Bandung, Sekolah Kolonial yang jadi Saksi Bisu Gemerlap Dago

Het Christelijk Lyceum atau Lyceum Kristen Bandung adalah sekolah kolonial bergaya Eropa di Dago, menyimpan jejak sejarah pendidikan Hindia Belanda dan kisah para alumninya.
Foto siswa Het Christelijk Lyceum Bandung di Dago 1951/52 (Sumber: javapost.nl)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 14:03 WIB

Makeupuccino, di Mana Belanja Makeup Bertemu Momen Me-Time

Makeupuccino bukan hanya toko kosmetik, tapi juga ruang nyaman untuk bersantai, berbagi cerita, dan merayakan kecantikan dalam segala bentuknya.
Makeupuccino bukan hanya toko kosmetik, tapi juga ruang nyaman untuk bersantai, berbagi cerita, dan merayakan kecantikan dalam segala bentuknya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 01 Agu 2025, 13:09 WIB

Mengapa Tanah di Cekungan Bandung Terus Ambles? Cerita dari Rancaekek dan Bojongsoang

Hasil penelitian ini mengungkap alasan utama di balik fenomena yang membuat tanah di Cekungan Bandung terus ambles.
Persawahan di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. (Sumber: Google map)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 12:46 WIB

Kolaborasi Bukan Kompetisi, Semangat Baru Fashion Lokal dari Bandung

Di tengah persaingan global, produk brand lokal asal Kota Kembang menunjukkan kepercayaan diri dan kualitas yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Di tengah persaingan global, produk brand lokal asal Kota Kembang menunjukkan kepercayaan diri dan kualitas yang tak bisa dipandang sebelah mata. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 12:19 WIB

Kecimpring Babakan Bandung: Usaha Camilan Tradisional yang Terus Bertahan

Kampung Babakan Bandung, Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, memiliki aktivitas pagi yang unik. Denting suara hiruk pikuk bukan berasal dari kendaraan atau pasar, melainkan da
Kecimpring Babakan Bandung (Foto: Ist)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 11:46 WIB

Warung Bakso Klasik di Lengkong Kecil, Selalu Jadi Magnet Pecinta Kuliner Sejak 1994

Di sudut Jalan Lengkong Kecil No. 88, Paledang, Bandung, terdapat sebuah warung bakso sederhana. Namanya sudah melekat kuat dalam ingatan banyak warga, yaitu Mie Bakso Mang Idin.
Bakso Mang Idin (Foto: Ist)
Ayo Jelajah 01 Agu 2025, 07:53 WIB

Sejarah Seni Tari Jaipong yang Kemunculannya Diwarnai Polemik

Sejarah jaipong tak lepas dari Suwanda di Karawang dan Gugum Gumbira di Bandung. Tarian ini kini jadi ikon budaya Sunda dan Indonesia.
Tari Jaipongan asal Jawa Barat. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 18:06 WIB

Dari Remaja ke Keluarga, Evolusi Gaya Hidup di Balik Brand 3Second

Berawal dari semangat kreatif Kota Bandung, 3Second berkembang menjadi lebih dari sekadar merek fashion lokal.
Berawal dari semangat kreatif Kota Bandung, 3Second berkembang menjadi lebih dari sekadar merek fashion lokal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 31 Jul 2025, 17:30 WIB

Dua Operasi Caesar yang Mengubah Stigma

Dua kelahiran, dua pengalaman berbeda, yang mengubah stigma tentang BPJS Kesehatan.
Shafa (baju krem kiri) dan Athiya, dua anak dari Rika Muflihah yang selamat lahir berkat operasi caesar. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 16:11 WIB

Klinik Estetik Menjamur di Kota Bandung, Bisnis Tumbuh Bersama Budaya Urban Merawat Diri

Lonjakan minat masyarakat terhadap perawatan kulit bukan sekadar soal penampilan, tetapi berkaitan dengan kepercayaan diri dan kualitas hidup.
Kaum pria mulai melirik manfaat perawatan penampilan sebagai bagian dari investasi pribadi dan profesional. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)