Juru Parkir: Penghambat Perekonomian atau Solusi Mata Pencaharian ?

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Kamis 28 Agu 2025, 17:09 WIB
Ilustrasi Juru parkir (Sumber: Redaksi AyoBandung.com | Muhammad Ikshan)

Ilustrasi Juru parkir (Sumber: Redaksi AyoBandung.com | Muhammad Ikshan)

Kehadiran juru parkir di Indonesia memang tidak lepas dari aktivitas kehidupan sehari-hari. Setiap ada toko atau tempat usaha, mereka selalu ada, baik menggunakan rompi khas berwarna orange atau hijau menyala hingga mengenakan pakaian bebas. Mulai dari yang resmi hingga liar juga ada.

Meski demikian kehadiran mereka tidak selalu diterima dengan tangan terbuka oleh sebagian masyarakat. Ada yang merasa terbantu dengan kehadirannya tapi banyak juga yang merasa risih dengannya.

Eksistensi merekalah yang menimbulkan sebuah pertanyaan baru, apakah mereka penghambat ekonomi UMKM/ Pengusaha atau justru menjadi solusi mata pencaharian bagi sebagian masyarakat Indonesia ?

Setiap kita pergi ke suatu tempat, bayangan juru parkir tidak pernah lepas dari pandangan. Setidaknya ada satu juru parkir yang menjaga tempat tujuan kita. Kehadiran mereka seringkali ditemukan pada setiap sudut kota-kota besar yang ada di Indonesia.

Keberadaan juru parkir di setiap toko seringkali menjadi pertimbangan bagi pengunjung untuk singgah membeli suatu produk. Misalnya, ketika seseorang membutuhkan satu botol air minum seharga Rp.3000 tapi harganya hampir setara dengan biaya parkir yaitu Rp.2000. Sementara untuk pengunjung yang menggunakan mobil bahkan biaya parkir bisa saja lebih mahal dibandingkan harga satu botol minuman.

Meski tarif di atas masih terbilang aman untuk ukuran tarif parkir. Namun pada kondisi lain terdapat juga juru parkir yang mematok harga tak masuk akal.

Salah satu kasusnya pernah terjadi pada seorang selebtok yang berasal dari Kota Bandung bernama Winda. Saat itu Winda akan mengantar temannya untuk Salat Jum'at di Alun-Alun Kota Bandung. Kondisi parkiran saat itu penuh, sehingga Winda berinisiatif mengikuti pengguna kendaraan lain yang juga mencari tempat parkir yang masih kosong.

Dalam video yang viral tersebut tidak diceritakan secara khusus dimana tempat yang dimaksud oleh Winda. Namun singkat cerita, ketika Winda sampai, dirinya didatangi oleh juru parkir dan dimintai karcis sebesar Rp.20.000.

Video tersebut langsung mendapat tanggapan dari KDM, sehingga oknum juru parkir liar itu akhirnya diamankan dan diperiksa oleh Polrestabes Kota Bandung. Setelah kejadian itu KDM berharap Bandung bisa terbebas dari kegiatan pungli dan aksi premanisme. Meski demikian faktanya sampai hari ini oknum juru parkir lain masih saja berkeliaran di Kota Bandung.

Ketidakteraturan dalam pengaturan parkir juga menjadi masalah baru bagi kemacetan di Kota Bandung. Sebagai contoh, pemandangan ini bisa kita temui di kawasan Braga. Pengguna motor atau mobil yang melintasi kawasan Braga harus berbagi dengan lahan yang digunakan untuk parkir bagi pengunjung yang datang ke toko-toko untuk berbelanja atau sekedar menyimpan kendaraannya saat ingin berkeliling ke Alun-alun Bandung.

Beberapa juru parkir yang bisa menata dengan baik sejumlah kendaraan yang terparkir mungkin tidak begitu mengganggu aktivitas pengguna jalan. Hanya saja masih ada juru parkir yang tidak memiliki aturan secara baku dan terkesan sering asal-asalan menyusun kendaraan, sehingga kondisi ini kerap kali menjadikan arus lalu lintas terhambat.

Juru Parkir Dianggap sebagai Solusi Mata Pencaharian

Bagi sebagian masyarakat, menjadi juru parkir adalah jalan instan yang realistis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terlebih menjadi juru parkir tidak memerlukan syarat menjelimet seperti kebanyakan loker yang dibuka perusahaan besar. Meski pemasukan yang didapat terkadang tidak jelas tapi bagi mereka ini menjadi wadah menemukan pekerjaan.

Juru parkir juga menjadi pilihan bagi mereka yang tidak memiliki keterampilan teknis di luar yang diajarkan sekolah.

Selain itu juru parkir juga menjadi solusi bagi mereka yang sudah lanjut usia tapi masih bergelut dalam garis kemiskinan. Pekerjaan formal yang membatasi usia para pekerja tentu menjadi penyebab banyaknya pengangguran di kalangan manula. Hal inilah yang membuat juru parkir bisa menjadi pekerjaan fleksibel juga bisa menjadi peluang dan pilihan bagi siapa saja.

Fenomena juru parkir tidak hanya berdampak bagi kenyamanan para pengendara tapi juga berdampak negatif pada perekonomian pengusaha baik di tingkat mikro maupun makro. Dampak tersebut tidak hanya mengganggu finansial para pengendara tapi juga bisa memperburuk kondisi usaha serta menghambat potensi pendapatan asli daerah yang biasanya diterima oleh Pemerintah.

Di berbagai kota besar, retribusi parkir menjadi salah satu sumber pendapatan krusial bagi pemerintah daerah. Tempat parkir resmi yang dikelola pemerintah biasanya digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur daerah dan kebutuhan publik lainnya.

Selain merugikan pedagang kecil, keberadaan juru parkir juga kerap berdampak signifikan terhadap sejumlah wisatawan dan pemilik tempat wisata itu sendiri. Tarif parkir yang kerap kali tidak terkontrol justru mengganggu estimasi dana liburan yang sudah dianggarkan. Pada akhirnya kondisi tersebut bisa menciptakan suasana yang kurang ramah bagi wisatawan. Dan hal ini bisa berdampak buruk terhadap citra tempat wisata itu sendiri.

Pemerintah punya peran penting dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat terutama bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan serta tidak memiliki keterampilan khusus untuk melakukan sebuah pekerjaan.

Meski pemerintah sudah melakukan upaya menanggulangi pengangguran, realitasnya pencari kerja masih lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja. Akibatnya pekerjaan informal seperti juru parkir menjadi jalan keluar bagi mereka yang terhimpit oleh kurangnya pilihan kerja.

Pemerintah kerap kali lambat dalam menanggapi dinamika sosial dan ekonomi yang terjadi. Meski beberapa upaya telah dilakukan pemerintah tapi penanganannya kerap kali terhambat oleh birokrasi yang rumit juga buruknya komunikasi antar dinas terkait.

Penertiban yang kerap kali tidak dilakukan secara sistematis dan hanya bersifat reaktif justru tidak melahirkan solusi jangka panjang yang efektif terhadap pemberdayaan para pekerja.

Eiji Brew Contoh Solutif Pemberdayaan Juru Parkir

Juru Parkir Eiji Brew (Sumber: Screenshoot | Tiktok Eiji Brew)
Juru Parkir Eiji Brew (Sumber: Screenshoot | Tiktok Eiji Brew)

Sejauh ini para pengusaha/ pelaku umkm dengan juru parkir kerap kali tidak memiliki hubungan yang harmonis. Selaku pengusaha pasti merasa bahwa keberadaan juru parkir berpotensi merugikan bisnisnya. Sementara juru parkir merasa bahwa lahan usaha orang lain menjadi peluang baginya.

Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan di media sosial, saya menemukan fenomena yang menarik dari berbagai macam konten video yang dibuat oleh Eiji Brew. Sebuah kafe yang berlokasi di Jl. Belitung No.22 Bandung dan Jl. Turangga No.25 Bandung ini punya konsep menarik terkait juru parkir.

Seorang Juru parkir yang sudah menjadi bagian dari karyawan Eiji Brew ini menjadi sorotan positif, baik bagi pengunjung Eiji Brew ataupun netizen yang ada di dunia maya.

Sejauh ini kita menemukan bahwa juru parkir itu seperti "hantu". Ketika datang mereka tak terlihat tapi saat hendak pulang mereka muncul tiba-tiba. Dengan ciri khas memegang buntut kendaraan lalu menyebrangkan setengah bagian, selanjutnya para pengendara yang mengurus sisanya.

Namun juru parkir yang ada di Eiji Brew punya karakter yang berbeda. Keramahan dan senyum someah ala budaya sunda menjadi ciri khas yang melekat dalam dirinya. Bahkan setiap pengunjung yang datang diperlakukan layaknya ratu dan raja yang sedang singgah di sebuah kerajaan.

Pertama, senyum ramah juru parkir menjadi pemikat bagi para pengunjung yang sedang berkunjung ke Eiji Brew. Senyuman menjadi bahan perekat di antara dua orang yang tidak saling mengenal. Menciptakan sebuah kehangatan dalam interaksi yang baru saja dimulai.

Kedua, sapaan Aa dan Teteh pada setiap pengunjung yang datang. Selintas dua kata tersebut terkesan sepele dan hanya sebuah sapaan yang biasa dilakukan oleh budaya sunda.

Tapi siapa sangka ternyata sapaan itu justru menunjukkan kedekatan saat menjalin komunikasi. Rasanya sudah kenal lama meski baru saja berjumpa kala itu. Sapaan Aa dan Teteh terasa lebih dekat dan santai dibandingkan dengan Ibu dan Bapak yang terasa lebih kaku karena seringkali diucapkan pada momen acara formal.

Ketiga, Acts of Service. Sebuah bahasa cinta yang semestinya lumrah dilakukan oleh juru parkir. Sejauh ini tugas juru parkir pada umumnya hanya meniup peluit, duduk lalu bangun kembali saat pengunjung akan pergi. Tapi juru parkir Eiji Brew berhasil keluar dari stigma tersebut. Dirinya mampu memberikan pelayanan prima kepada para pengunjung yang datang.

Juru parkir tersebut membantu pengunjung yang kesulitan untuk memarkirkan kendaraannya terlebih pada lokasi yang cenderung menanjak. Selalu menyambut dengan riang pengunjung yang datang. Merapihkan juga menertibkan setiap kendaraan yang ada. Tak hanya itu beberapa ojek online dan layanan antar makanan lainnya tak luput dari perhatiannya. Tak hanya sekedar basa-basi tapi menunjukkan lewat tindakan nyata dengan membantu mengambilkan orderan bagi para driver.

Bahkan hal-hal kecil yang bersinggungan langsung dengan pengunjung tak luput dari perhatiannya. Misalnya saja mengingatkan dan memastikan barang bawaan tidak tertinggal sebelum meninggalkan Eiji Brew.

Menurut penilaian saya, Eiji Brew tak hanya pintar karena menarik juru parkir tersebut menjadi bagian dari kafenya. Eiji Brew juga berhasil merubah stigma hubungan buruk antara pengusaha/pemilik umkm dengan juru parkir yang selama ini sudah melekat dalam society.

Bahkan secara tidak langsung juru parkir tersebut sudah menjadi daya tarik bagi para pelanggan untuk kembali menikmati setiap sajian yang ada di Eiji Brew. Meski begitu, tentu ada faktor lain dari rasa makanan yang menggugah selera atau para barista yang bisa menghangatkan suasana.

Sementara bagian yang paling cerdas menurut saya adalah ketika juru parkir tersebut secara tidak langsung sudah menjadi branding bagi Eiji Brew tanpa harus susah payah dan membayar mahal para selebgram/selebtok untuk mempromosikan.

Sebuah solusi kolaboratif nyata yang bisa menjadi contoh bagi pengusaha yang membuka peluang bagi mereka yang mencari kerja. Juga juru parkir yang paham posisi dan bekerja dengan doing extra miles (melakukan lebih dari apa yang diminta).

Gaya komunikasi juru parkir Eiji Brew justru bisa menjadi contoh dalam ranah public speaking, bahkan gaya komunikasi tersebut bisa direkomendasikan untuk para pejabat yang asbun akhir-akhir ini. Fenomena ini juga membuktikan bahwa sinergi yang baik antara kedua belah pihak bisa menciptakan win win solution. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Ada Pandan Jaksi di Cijaksi

Ayo Netizen 27 Agu 2025, 14:50 WIB
Ada Pandan Jaksi di Cijaksi

News Update

Ayo Jelajah 15 Okt 2025, 21:15 WIB

Sejarah Pindad, Pindah ke Bandung Gegara Perang Dunia

Jejak sejarah PT Pindad dimulai dari bengkel senjata era Daendels di Surabaya hingga menjadi perusahaan pertahanan terbesar Indonesia yang bermarkas di Bandung.
Para buruh sedang bekerja di Artillerie Constructie Winkel (ACW), cikal bakal PT Pindad di Bandung. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 20:12 WIB

5 PR Literasi Religi Kita

Di sinilah letak masalah literasi religi, kita masih punya banyak PR yang belum selesai.
Di sinilah letak masalah literasi religi, kita masih punya banyak PR yang belum selesai. (Sumber: Pexels/Janko Ferlic)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 19:25 WIB

Regenerasi Rasa Lokal yang Menghidupkan Bisnis Kuliner Bandung

Dari nasi kuning hingga urap segar, sajian warisan nenek moyang kini tampil sebagai menu utama di berbagai resto dan kafe, bukan sekadar pelengkap.
Dari nasi kuning hingga urap segar, sajian warisan nenek moyang kini tampil sebagai menu utama di berbagai resto dan kafe, bukan sekadar pelengkap. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 18:22 WIB

Disiplin, Penuntun Kesadaran

Disiplin bukan soal patuh pada aturan, tapi perjalanan panjang menuntun diri menuju kesadaran.
Ilustrasi siswa sekolah di Jawa Barat. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 17:11 WIB

Event Rakyat dan Tren Konten Horor: Memulangkan Martabat Abangan sebagai Agama Rakyat

Kita sendiri adalah anak kandung dari abangan yang perlahan dipatuhkan lewat pembinaan agama yang sangat masif.
Setelah ’65 abangan dituding ateis, antek komunis, dan dibasmi habis. Namun begitu agama rakyat ini tidak pernah benar-benar hilang. (Sumber: Pexels/afiful huda)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 17:07 WIB

Keju Meleleh Masih Jadi Primadona: Tren Kuliner Kekinian yang Menggairahkan Bisnis Resto di Bandung

Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung.
Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 15:39 WIB

Pemotongan Dana Transfer Daerah dan Efisiensi Fiskal Jawa Barat

Krisis fiskal Jawa Barat menjadi momentum reformasi anggaran.
Krisis fiskal Jawa Barat menjadi momentum reformasi anggaran. (Sumber: Unsplash/ Mufid Majnun)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 15:31 WIB

Membaca Gen Z di Bandung: Generasi Kreatif yang Rentan Terputus dari Realitas

Generasi Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup.
Generasi Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup. (Foto: Freepik)
Ayo Jelajah 15 Okt 2025, 12:35 WIB

Jejak Kerajaan Sumedang Larang, Pewaris Pajajaran yang Lahir di Kaki Gunung Tampomas

Bermula dari pelarian keturunan Galuh, Sumedang Larang bangkit di bawah cahaya Prabu Tajimalela dan menjadi penerus sah kerajaan Sunda terakhir.
Potret Gunung Tampomas di Sumedang tahun 1890-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 12:35 WIB

Critical Thinking sebagai Fondasi Epistemologis Pembelajaran Andragogi

Membangun kesadaran kritis dan transformasi diri melalui critical thinking dan transformative learning sebagai fondasi perubahan.
Membangun kesadaran kritis dan transformasi diri melalui critical thinking dan transformative learning sebagai fondasi perubahan. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 09:51 WIB

Tren 10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat, antara Kekerasan Finansial atau Realitas Sosial

Konten 10 Ribu di tangan Istri yang tepat banyak menuai kontra dari sebagian besar pengguna media sosial.
Polemik Tren 10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 07:09 WIB

Pasar Seni ITB dan Gerak Ekonomi Bandung

Pasar Seni ITB menyimpan potensi ekonomi yang besar bagi ekosistem kreatif kota.
Konferensi Pers Pasar Seni ITB 2025 di International Relation Office (IRO) ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Selasa 7 Oktober 2025. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 20:07 WIB

Tragedi Ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny, Cermin Tanggung Jawab Kita Semua

Duka mendalam atas tragedi ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny memberikan kita banyak pelajaran.
Data sementara menunjukkan, 67 orang tewas dalam ambruknya gedung Ponpes Ponpes Al Khoziny. (Sumber: BNPB | Foto: Danung Arifin)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 18:02 WIB

Budaya, Agama, dan Sepak Bola Arab Saudi

Terlepas pada beredar  pro kontranya, namun kalau melihat pada perkembangan sepak bola Arab Saudi begitu pesat. 
King Saud University Stadium di Riyadh, Arab Saudi. (Sumber: Wikimedia Commons/Alina.chiorean)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:30 WIB

Modernisme Linguistik

Elemen bahasa adalah zat sederhana yang berisi pengidentifikasian bahasa yang dibagi menjadi dua bagain yaitu elemen bentuk dan elemen makna.
Ilustrasi seorang pria membaca buku. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 17:20 WIB

Naik Gunung Demi Gengsi: FOMO Generasi Muda yang Menghidupkan Industri Outdoor

Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas, bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial.
Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas. Bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:02 WIB

Pesantren, Wajah Islam Damai

Inilah pesantren wajah damai Islam yang menjadi cita-cita bersama dalam membangun kehidupan bangsa dan negara yang adil, sejahtera dan beradab ini.
Lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 16:11 WIB

Sebuah Refleksi Kritis tentang 'Penyebaran Agama' dan Kebebasan Beragama

Pertemuan agama dunia dan lokal selalu perlu dibicarakan ulang, antara hak untuk percaya dan hak untuk dibiarkan dengan keyakinannya.
Kebebasan beragama sejati berarti memiliki kedua hak itu sekaligus, hak untuk berubah, dan hak untuk tidak diubah. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 15:56 WIB

Ruang Tunggu yang Tak Lagi Menunggu: Gerakan Warga Menghidupkan Halte Bandung

Komunitas ini percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota.
Komunitas Rindu Menanti percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 15:00 WIB

Budaya Mistis yang Menghambat Pemulihan Kasus Skizofernia

Budaya mistis masih mendahulukan pengobatan mental dengan datang ke dukun ketimbang langsung datang ke ahli kesehatan.
Jika merujuk dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan sekitar 450 ribu masyarakat Indonesia merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat. (Sumber: Pexels/Kodi Baines)